Sejarah Perombakan Ka’bah dari Masa ke Masa – Ka’bah merupakan kiblat utama umat Muslim dalam menunaikan sholat serta menjadi bagian dari kegiatan ibadah haji dan umrah.
1. Sejarah Ka’bah
Ka’bah terletak di Masjidil Haram, Mekah. Ini menjadikannya sebagai tempat suci yang sangat dijaga dan dimuliakan sejak ribuan tahun lalu. Namun, tidak banyak yang tahu Ka’bah sudah beberapa kali dirombak sepanjang sejarah.
Mengutip buku Sejarah Ka’bah: Kisah Rumah Suci yang Tak Lapuk Dimakan Zaman karya Prof Dr Ali Husni Al-Kharbuthli, Rabu (18/6/2025), Ka’bah pertama kali dibangun oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS atas perintah Allah SWT. Hal ini terutama setelah kepergian mereka berdua dari Palestina menuju Hijaz.
Sejarah Perombakan Ka’bah dari Masa ke Masa – Tujuan dibangunnya Ka’bah adalah sebagai lambang cinta dan kepatuhan kepada Allah serta tempat ibadah yang suci.
Alquran Surat Al-Baqarah ayat 127 menyebutkan, Nabi Ibrahim dan Ismail meninggikan fondasi Ka’bah hingga 7 hasta dengan panjang 30 hasta, lebar 22 hasta dan belum memiliki atap. Tujuan dibangunnya Ka’bah adalah sebagai tempat ibadah, seperti sholat, tawaf, dan itikaf.
Sejarah Perombakan Ka’bah
Beberapa tahun sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul, Ka’bah sempat rusak akibat banjir. Kaum Quraisy pun membangun ulang bangunan ini.
2. Rasulullah SAW Bantu Pembangunan
Rasulullah SAW yang saat itu berusia sekitar 35 tahun turut membantu pembangunan dengan mengangkut batu. Namun, pembangunan oleh Quraisy ini mengalami perubahan bentuk dari bangunan asli Nabi Ibrahim, terutama pengurangan panjang bangunan dan tidak menyertakan bagian Hijir Ismail dalam struktur Ka’bah.
Saat pembangunan selesai, muncul perselisihan antar suku tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad. Rasulullah SAW menyelesaikan masalah ini dengan meminta semua suku mengangkat batu secara bersama menggunakan sehelai kain. Hal ini menjadi simbol persatuan umat saat itu.
Pada 683 M, pasukan Khalifah Yazid menyerang Mekah yang menyebabkan sebagian besar dinding Ka’bah rusak. Abdullah bin Zubair kemudian membangun ulang Ka’bah berdasarkan keinginan Rasulullah SAW. Ia menambahkan tinggi bangunan menjadi 10 hasta, menambah panjangnya 6 hasta ke arah Hijir Ismail, serta membuat dua pintu, yaitu pintu masuk dan keluar.
Setelah Abdullah bin Zubair wafat, Hajjaj bin Yusuf mengembalikan bentuk Ka’bah seperti pada masa Quraisy, sesuai dengan perintah Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Ia menutup pintu barat dan menaikkan posisi pintu dengan tanah naik lima hasta dari permukaan tanah. Hajjaj bahkan membongkar tambahan-tambahan yang dibuat Abdullah bin Zubair kala itu.
Pada masa Khalifah Harun Al Rasyid, muncul niat untuk mengembalikan bentuk Ka’bah sesuai keinginan Nabi Muhammad SAW. Namun, niat ini diurungkan setelah mendapat nasihat dari Imam Malik agar tidak menjadikan Baitullah sebagai mainan para penguasa dengan sering mengubah bentuknya.
3. Renovasi Ka’bah
Pada tahun 1039 H, banjir besar melanda Mekah dan merobohkan sebagian besar struktur Ka’bah. Sultan Ottoman, Murad Khan, memerintahkan pembangunan ulang Ka’bah dari dasar, kecuali bagian yang melindungi Hajar Aswad. Inilah struktur dasar yang masih digunakan hingga saat ini.
Selanjutnya, Ka’bah juga mengalami renovasi besar pada masa Raja Saud di tahun 1377 H dan rekonstruksi total antara Mei hingga Oktober 1996. Pada renovasi 1996, semua material selain Hajar Aswad dan fondasi batu asli diganti. Atap, langit-langit, serta dinding bagian dalam diperbarui, sekaligus memastikan agar struktur lebih tahan lama.
Sejarah perombakan Ka’bah mencerminkan betapa pentingnya Ka’bah bagi umat Islam. Tidak hanya sebagai kiblat sholat, tapi menjadi simbol kesatuan dan ketaatan kepada Allah SWT. Setiap fase perombakan selalu didasari oleh niat untuk memuliakan rumah Allah, baik oleh para nabi, maupun khalifah.
Hingga kini, Ka’bah tetap menjadi pusat spiritual yang tidak lepas oleh waktu, menampung jutaan umat Islam setiap tahunnya untuk bersujud dan beribadah. Wallahualam